Sabtu, 10 Juni 2017

5 (LIMA) HARI KERJA/ 5 HK

SEKOLAH 5 HARI/ 5 HARI KERJA Tahun Ajaran Baru 2017/ 2018 diwacanakan untuk sekolah akan diberlakukan 5 hari kerja secara nasional. Setujukah Anda?? Berdasarkan kronologi penetapan aturan tersebut, sepanjang SEPENGATUAN SAYA, hal itu berawal dari kehidupan masyarakat di Jakarta dimana dalam keluarga banyak orang tua yang pulang ke rumah kebanyakan sore hari akibat rutinitas kerja, sehingga agar anak tidak sendirian di rumah karena orang tua masih belum pulang kerja dan anak jadi kurang pengawasan serta perhatiannya maka dibuatlah wacana/ aturan sekolah sebaiknya pulang sore saja agar bisa sama-sama sampai rumah berbarengan dengan orang tuanya dan selama di sekolah tersebut anak masih bisa belajar/ dipantau. Okelah hal itu bisa dimaklumi untuk masyarakat Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya di Indonesia. Tapi Indonesia adalah negara berkembang, bukan negara kota. Indonesia adalah negara Agraris bukan negara Industri. Artinya, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan mata pencahariannya adalah petani dan sejenisnya dengan pendapatan per-kapita boleh dikatakan pas-pasan untuk menopang hidup dan membiayai beberapa kebutuhan primer lainnya dan sedikit kebutuhan sekunder. Indonesia juga negara Mayoritas penduduknya beragama Islam yang menginginkan anak-anak dalam sebuah keluarga Islam juga bisa menjadi Islami, diantaranya anak-anak bisa membaca dan menulis Al Qur'an serta tertib dalam menjalankan ibadah. Kembali lagi pada tema. Lalu bagaimana implikasi jika aturan tersebut benar-benar diterapkan di Indonesia TERUTAMA bagi SELAIN KOTA_KOTA BESAR?? 1. Pelajaran di sekolah yang dimulai jam 07.00 WIB dan berakhir jam 16.00 WIB tentunya akan membuat fisik siswa kelelahan walaupun dalam wacana tersebut, kegiatan belajar mengajar tetap sampai jam 14.00 dan setelah itu untuk kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini mengingat beberapa hal diantaranya : Iklim di Indonesia adalah Tropis(panas), sehingga otomatis sangat berpengaruh terhadap fisik anak. Anak akan bisa konsentrasi menerima pelajaran paling hanya sampai jam 10 atau 11 (berdasar pengakuan siswa), setelah itu mereka pasti posisi duduknya bagaikan "kemasukan semut", kipas-kipas, dan bau ruangan kelas menjadi bau aroma parfum merk "ketiak". Kenapa semua ini bisa terjadi? karena sekolah di desa dan kota-kota kecil mayoritas tidak ada kipas angin atau AC tapi adanya adalah AB alias "Angin Brobos" melalui lubang ventilasi udara, hal disebabkan oleh kurang lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikulernya, siswa akan tetap mengikutinya tapi dengan "rasa terpaksa" karena sudah lelah dalam KBM. Solusinya bagaimana? Tentu saja semua sarana prasarana harus dilengkapi baik itu sekolah negeri dan swasta. Tapi tidak bisa dipungkiri kenyataan bahwa yang memiliki fasilitas lengkap hanya CUMA BEBERAPA sekolah saja. 2. Ekonomi orang tua di wilayah Indonesia terutama di pelosok pedesaan yang relatif dari golongan menengah ke bawah. Mereka kadang menyekolahkan anaknya dengan usaha yang maksimal, yang penting anaknya mau dan bisa sekolah sehingga kadang anak mereka saat berangkat sekolah tidak diberikan uang saku, dan berangkat sekolahnyapun bahkan dengan jalan kaki maupun naik sepeda. Bisa Anda bayangkan apa yang harus dilakukan oleh orang tua jika anaknya pulang sekolah sore? Menambah/ memberi uang saku tambahan, yang berarti pula mereka harus mencari uang lebih banyak lagi. Lalu bagaimana jadinya jika anak mereka pulang sekolah sore sementara banyak orang tua di desa membutuhkan bantuan anaknya(walau tidak total) untuk membantu pekerjaan mereka misalnya : bantu pekerjaan di sawah, menggembala hewan ternak, mencari rumput, menunggui warung, dan sebagainya. Anak dalam hal ini juga sangat berarti dalam meringankan beban kerja orang tua. 3. Kondisi Geografis/ Relief Indonesia. Banyaknya anak-anak desa yang bersekolah di desa yang jaraknya bisa saja jauh dari rumah membuat mereka harus naik sarana transportasi. Padahal di kota-kota kecil, sarana transportasi paling hanya sampai jam 4 terkecuali bis. Jika mereka pulang sore, mereka pasti akan kesulitan untuk mendapat angkot belum lagi rumahnya yang masih masuk ke pelosok daerah, bisa-bisa mereka akan sampai rumah jam 17.00 atau 18.00 4. Anak adalah tumpuan orang tua untuk kehidupan kelak terutama di akherat. Ibarat pepatah Jawa "Sorga Neroko-ne wong tuwo ki yow anak", makanya setiap orang tua pasti menginginkan anak mereka "Bisa dan memahami ilmu agama". Pelajaran agama yang didapat melalui sekolah umum, paling cuma 2 jam-an, terkecuali sekolah Madrasah. Sehingga untuk menambah penguasaan agama mereka ikut TPA, TPQ, MAdin yang dilaksanakan pada sore hari. Lantas apa jadinya jika sekolah saja pulangnya sore? Masih bisakah mereka ikut TPA, TPQ, Madin?? Trus bagaimana dengan penguasaan ilmu agam yang diharapkan oleh orang tua mereka?? Orang tua mungkin bisa mendidik agama, tapi tidak semuanya sehingga mereka "menyerahkan" pendidikan anak mereka pada lembaga pendidikan sore tersebut yang bisa saja tidak akan terlaksana jika memang "Sekolah Pulang Sore" jadi diterapkan. 5. Dari faktor Guru. Tidak bisa dipungkiri bahwa Guru pasti juga akan merasa kelelahankarena ngajar sampai sore (Bisa ditanyakan pada Guru). Lalu dari segi EKONOMI Guru bagaimana? Mungkin bagi guru yang sudah PNS tidak begitu menjadi soal karena gaji mereka tiap bulan tetap bahkan boleh dikatakan mencukupi karena mendapat gaji pokok PNS, tunjangan lain, dan Sertifikasi. Tapi lihatlah Guru yang masih WIyata maupun Guru Tidak Tetap yang gaji tiap bulannya rata-rata berkisar 500an ribu, cukupkah mencukupi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya bahkan?? Apakah tidak kasihan pada mereka jika sekolah harus pulang sore karena mereka menjadi tidak bisa lagi melakukan usaha sampingan untuk menambah pendapatan mereka. Kalo alasannya Sabtu dan Minggu kan masih bisa! Itulah pendapat orang-orang yang tidak pernah merasakan derita orang lain, yang tertutup mata hatinya. Sehingga MENURUT SAYA, Sekolah pulang sore/ Full Day School atau apapuuun itu namanya agaknya tidak pas atau kurang sesuai jika diterapkan di Indonesia dengan berbagai faktor di atas. Bahkan secara ekstrim saya katakan.....TIDAK LAYAK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar